Kasus DBD di Bali

Berita BPR Gianyar

Di tengah pandemi virus corona, masyarakat Indonesia dihadapkan dengan permasalahan lain terkait kesehatan yaitu dengue hemorraghic fever (DHF) atau wabah demam berdarah dengue ( DBD). Mengutip Straits Times, (20/6/2020), antara bulan Januari hingga 17 Juni 2020, ada 64.251 kasus DBD yang dilaporkan dengan jumlah kematian sebanyak 385 orang menurut Kementerian Kesehatan. Jumlah kasus DBD di Bali tertinggi, yaitu sebanyak 8.930, disusul Jawa Barat, sebanyak 6.337 kasus.

Kepala Divisi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit di Dinas Kesehatan Bali, I Wayan Widia mengatakan bahwa jumlah kasus yang tinggi di wilayahnya disebabkan oleh tidak adanya kewajiban pembersihan satu bulan sekali karena pembatasan Covid-19. Menurutnya, kondisi ini membuat sejumlah tempat seperti saluran air, menjadi tempat nyamuk bertelur. “Dengan anjuran tetap di rumah, orang-orang tidak dapat melakukan aktivitas untuk membasmi sarang nyamuk secara masif,” ujarnya. Adapun tempat-tempat lain dengan reservoir air seperti hotel dan resort, juga menjadi tidak terjaga karena sebagian pekerja tidak bertugas. Kondisi ini pun dinilai turut berkontribusi dalam perkembangbiakan nyamuk. Peningkatan kasus DBD di Bali telah terlihat sejak Januari 2020. Kondisi ini di terjadi hampir di seluruh kabupaten dan kota. Kabupaten dengan jumlah kasus paling tinggi dalam empat bulan terakhir, sepanjang Januari sampai April, yakni Kabupaten Buleleng.

Tren DBD di Bali Meningkat, Ada 6.050 Kasus, 13 Meninggal

Jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, peningkatan kasus di masing-masing kabupaten dan kota di Bali bervariasi. “Untuk peningkatan kasus sampai saat ini ada dua kali lipat dan bahkan hampir tiga kali lipatnya,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya di Denpasar, Bali, Minggu,(24/5).

Dia menjelaskan, DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypti sebagai vektornya. Penyakit DBD blum ada obat maupun vaksinnya. Maka, satu-satunya jalan untuk mengendalikan penyakit ini adalah, dengan mengendalikan kepadatan vektornya yaitu, nyamuk aedes aegypti.

Agar bisa mengendalikan kepadatan nyamuk tentu diperlukan peran serta dan kepedulian seluruh masyarakat, karena nyamuk ini dapat berkembang biak, baik di dalam maupun di luar rumah. Kalau hanya mengandalkan fogging dinilai tidak efektif dan efisien, karena hanya bisa membunuh nyamuk dewasa yang ada pada saat fogging saja.

Maka dari itu, kegiatan pengendalian paling efektif dan efisien untuk dilakukan adalah dengan gerakan Pemberantasan sarang Nyamuk (PSN) dengan 3 M plus yaitu: menutup tempat-tempat yang dapat menampung air, menguras dan membersihkan tempat-tempat penampungan air, serta mendaur ulang benda-benda yang dapat menampung air.

Upaya Pencegahan DBD dengan 3M Plus
http://promkes.kemkes.go.id/upaya-pencegahan-dbd-dengan-3m-plus

“Kegiatan ini jika dilakukan secara berkala dan terus-menerus, maka pengendalian populasi nyamuk pasti bisa dilakukan. Sehingga kasus dapat ditekan bahkan bisa dihilangkan. Tentu dalam hal ini butuh peran serta, dan kepedulian seluruh masyarakat,” tutup Suarjaya. 

Dengan terbatasnya aktivitas di luar rumah dikarenakan anjuran untuk tetap berada di rumah selama pandemi covid-19 berlangsung, tindakan pencegahan terhadap penyakit DBD pun tak bisa diabaikan. Dengan peningkatan jumlah kasus seperti yang telah dijelaskan di atas, kita harus lebih waspada terhadap kebersihan lingkungan sekitar kita. Sehingga pencegahan penyebaran virus corona tidak menjadikan kita terancam oleh penyakit lainnya seperti Demam Berdarah ini. Mari terus upayakan kebersihan lingkungan dan kesehatan agar dapat menghadapi berbagai situasi yang terjadi saat ini. BPR Gianyar, lebih peduli !

Sumber :

Tags :
Share This :

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top