Pada tanggal 17 Agustus 2016, bersamaan dengan hari kemerdekaan RI yang ke 71 dan Hari Purnama, BPR Gianyar mengadakan Tirta Yatra bersama karyawan dan karyawati ke Pura Tap Sai dan Pura Besakih. Di bawah ini merupakan beberapa dokumentasi Tirta Yatra dan penjelasan mengenai Tirta Yatra itu sendiri

Tirtayatra berasal dari kata ‘tr’ yang berarti ‘tiryate anena’ (manusia diseberangkan dari lautan dosa). Selain itu, ada istilah lain yang memiliki arti yang sama dengan Tirtayatra, yakni Tirthatana. Sedangkan orang yang melakukan Tirtayatra disebut Tirtayatri, dan di India disebut Yatri saja.
Tirtayatra adalah perjalanan suci untuk mendapatkan atau memperoleh air suci. Tirtayatra dalam bahasa sehari-hari di Bali dipahami dengan tangkil atau sembahyang ke sejumlah pura, baik yang berlokasi di Bali maupun luar Bali. Dalam Kitab Sarasamuscaya 279 disebutkan keutamaan Tirtayatra itu amat suci, lebih utama dari penyucian dengan yadnya. Dalam pelaksanaannya, Tirtayatra tidak memandang orang dalam status apapun, baik kaya atau miskin, asal didasarkan pelaksanaan bhakti yang tulus ikhlas, tekun, dan sungguh-sungguh. ”Nilai kesucian atau kualitas kesucian Tirtayatra lebih utama daripada membuat upacara banten, walaupun upacara itu tingkatannya utama,” ujar Acarya Rasa Prabu Darmayasa yang merupakan salah satu penekun sepiritual di Bali.
Demikian penjelasan tujuan dan manfaat dari pelaksanaan Tirtha yatra ini dalam Forum Diskusi Jaringan Hindu Nusantara.Dalam penjelasan tersebut juga dijelaskan untuk memaksimalkan manfaat dari pelaksanaan dari Tirtha / Dharma Yatra ini dapat dilakukan yaitu sebagai berikut :
- Mapiuning di Sanggah pamerajan serta mohon doa restu kepada Ida Bethara agar perjalanan selamat tiada halangan apapun.
- Ngiringang Ida Bhatara Raja Dewata (Dewa Hyang – Roh leluhur) ma-Dharma Yatra (meajar-ajar).
- Membawa bhakti (aturan / banten ayaban) menurut kemampuan.
- Selama dalam perjalanan :
- Berpikir, berkata dan berbuat dalam lingkup dharma/agama.
- Berpuasa disiang hari.
- Teguh pada brata.
- Mengendalikan diri untuk tidak marah.
- Menumbuhkan kasih sayang kepada semua mahluk.
5. Sesampai ditempat tujuan :
- Mandi dengan air suci.
- Bersembahyang dengan mantap menggelar tapa, brata, yoga, samadi.
- Bagi para Wiku melakukan puja Surya Sewana.
- Bagi para Jero Mangku atau sulinggih melakukan puja menurut kemampuannya.
- Melaksanakan sad dharma (lihat diatas).
- Bersedekah / memberikan punia kepada kaum miskin.
- Mohon tirta / air suci untuk digunakan ditempat dan dibawa ke rumah.
6. Setiba kembali di rumah :
- Mapiuning di Sanggah pamerajan bahwa telah selamat dalam perjalanan dan berterima kasih.
- Menyiratkan tirta yang dimohon di tempat ma-dharma yatra ke semua palinggih-palinggih/arca/pratima yang ada di Sanggah pamerajan, setelah itu disiratkan juga kepada anggauta keluarga lain yang tidak sempat turut.
Disebutkan pula, pelaksanaan tirtha yatra ini merupakan bagian dari sad dharma sebagai kewajiban umat Hindu yang harus diakukan.

Sumber : https://baliexpress.jawapos.com/read/2017/09/21/14787/tirtayatra-makin-ramai-bukan-misi-tamasya#:~:text=Secara%20harfiah%20pengertian%20tirta%20mengarah,melaksanakan%20persiapan%20tiga%20bulan%20sebelumnya. & https://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2011/12/tirtha-yatra.html